MENGURANGI PENGANGGURAN MELALUI
WIRAUSAHA
Oleh: Lia
Prasasti
14. 12. 00055
Jurusan
Manajemen
STIE RAJAWALI
PURWOREJO
ABSTRACT
Every
years,the unemployment in Indonesia always increases. Problems to be faced by
the government to improve the state welfare is to reduce unemployment. The
unemployment happened not only to low educated people, but also to university
graduates who have difficulties to obtain their jobs. Basically, unemployment
can create a business opportunity into a business, for example : cultivate the
plastic dringking bottles and straws former to be a beautiful decorative
lantern lights, make compost, change oil wrap, coffee wrap, and snack packs to
be a expensive bag, etc.
The increasing number
of unemployment, requires the government to undertake some solutions,
considering that the negative impacts of unemployment shall extremelly
influence the politic and economic lives. The key to success is in their
individuals who can see the gap of a business and take advantage of business
opportunities well. By having the entrepreneurship character, it is expected
that unemployed dare to attempt opening their own business in order to create
field of work, both for themselves and other people.
Keywords : unemployment, entrepreneurship,
business.
PENDAHULUAN
Saat ini, Indonesia sedang dilanda
pada krisis lapangan pekerjaan sehingga berdampak pada stabilitas sosial yang
tidak seimbang. Masalah lapangan pekerjaan erat hubungannya dengan
pengangguran. Masalah ini harus mendapat perhatian karena pengangguran
merupakan masalah utama yang bisa meresahkan pemerintah.
Tingginya
angka pengangguran diwarnai dengan unjuk rasa. Rata- rata mereka menuntut akan
haknya dalam mendapat pekerjaan terutama menyangkut masalah ketidakpuasan
terhadap lapangan pekerjaan yang kurang untuk menampung mereka. Selain itu,
mereka kurang puas terhadap kinerja pemerintah dalam menangani masalah
meningkatnya angka pengangguran.
Menurut
data BPS, di Jakarta (2002) terdapat lima juta pengangguran dari berbagai latar
pendidikan. Termasuk angka yang fantastis jika kita menghitung jumlah
pengangguran di seluruh Indonesia. Mulai dari yang tidak bersekolah, sampai
yang menyandang gelar sarjana. Bahkan lulusan yang dihasilkan oleh berbagai
perguruan tinggi sebagian besar masih mengandalkan mencari pekerjaan, bukan
melihat peluang untuk bisa menciptakan lapangan kerja.
Pada kenyataannya, lapangan
pekerjaan sekarang sangat sedikit. Misalnya ada pekerjaan, banyak yang tidak
sesuai dengan pendidikan yang ditempuh. Akibatnya, lowongan yang seharusnya diisi
anak SMA atau SMK, dengan semakin banyak sarjana yang menganggur, maka
diambillah pekerjaan tersebut. Mereka akhirnya lebih mencoba untuk realistis,
karena lebih membutuhkan pekerjaan daripada mengembangkan idealisme.
Untuk
itu, generasi muda perlu mengetahui dan memahami apakah makna dari pengangguran,
akibat yang timbul jika terlalu banyak pengangguran di suatu negara dan cara
untuk menanggulangi dan mengurangi pengangguran dengan melihat peluang usaha.
Tujuannya
adalah untuk mencari solusi dalam mengurangi tingginya angka pengangguran, dan
mengerti penyebab dan akibat dari banyaknya pengangguran. Selain itu, agar
generasi muda bisa lebih melihat peluang usaha di sekitar kita, memahami
bagaimana menilai peluang usaha, serta usaha apa saja yang bisa dilakukan untuk
mengurangi pengangguran.
DEFINISI PENGANGGURAN
Menurut sensus penduduk pada Tahun
1971, penganggur yaitu orang yang tidak bekerja sama sekali, atau bekerja
kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
mendapatkan pekerjaan. (BPS, 1973 : 25). Sedangkan menurut sensus penduduk
Tahun 1980, penganggur adalah orang yang sama sekali tidak bekerja selama satu
minggu sebelum pencacahan dan berusaha mencari pekerjaan. (BPS, 1982 : 21).
Selain itu, Sadono Sukirno mengatakan pengangguran adalah seseorang yang
tergolong angkatan kerja dan ingin memperoleh pekerjaan, tetapi belum
memperolehnya. (Sadono Sukirno, 1989, 236)
Jadi
bisa didefinisikan bahwa pengangguran atau yang sering disebut tuna karya
merupakan orang yang tidak memiliki pekerjaan sama sekali, sedang mencari
kerja, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak,
yang disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dengan jumlah
lapangan kerja. Akibatnya, masalah perekonomian terganggu, produktivitas dan
pendapatan masyarakat berkurang, sehingga terjadi kemiskinan dan masalah sosial
lainnya.
MENGAPA PENGANGGURAN MUNCUL?
Pada
umumnya, tidak ada manusia di dunia ini yang ingin menjadi pengangguran. Untuk
menghindarinya, setiap orang mencari pekerjaan agar memperoleh penghasilan guna
mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari. Selain itu, dorongan untuk bekerja
tidak hanya untuk mencari penghasilan, tetapi juga untuk mencapai tujuan
nonekonomi, misalnya memperoleh martabat, nilai, dan aktualisasi diri.
Penduduk
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Dumairy (2000 :74) mengatakan, tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang berumur dalam batas dunia kerja
yaitu 15-64 tahun, sedangkan penduduk bukan tenaga kerja yaitu penduduk yang
berusia kurang dari 15 tahun.
Penduduk
yang termasuk tenaga kerja dibedakan menjadi angkatan kerja (labour force) dan bukan angkatan kerja. Angkatan
kerja dibagi menjadi dua macam, yaitu pekerja (work force) dan penganggur. Dimana pekerja adalah orang yang sudah
mempunyai pekerjaan, meliputi orang yang memiliki pekerjaan, pada saat disensus
memang sedang bekerja, atau sudah mempunyai pekerjaan tetapi untuk sementara
waktu sedang tidak bekerja, misalnya petani yang sedang menunggu panen.
Sedangkan penganggur yaitu penduduk yang sudah memasuki usia kerja, tetapi
tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan.
Penduduk
yang termasuk bukan angkatan kerja merupakan penduduk yang sudah memasuki usia
kerja yang tidak bekerja, tidak memiliki pekerjaan, dan tidak mencari
pekerjaan. Misalnya, ibu- ibu rumah tangga, siswa sekolah, maupun mahasiswa,
dimana mereka meskipun tidak bekerja, tetapi tidak bisa dikatakan sebagai
penganggur karena mereka tidak mencari pekerjaan.
Oleh
karena itu, usia kerja, tidak bekerja, dan mencari pekerjaan adalah indikasi
dari konsep pengangguran.
STATISTIKA PENGANGGURAN
Menghitung
tingkat pengangguran dinyatakan dalam persen dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja. Tidak adanya pendapatan menyebabkan pengangguran
harus mengurangi pengeluaran sehari- hari yang menyebabkan tingkat kemakmuran
dan kesejahteraan menurun.
Lamanya
menjadi pengangguran juga menimbulkan dampak bagi psikologis keluarganya.
Selain itu juga menyebabkan kekacauan politik, keamanan, dan sosial sehingga
pertumbuhan ekonomi terganggu.
Biasanya
jumlah pengangguran seiring dengan jumlah penduduk, serta tidak didukung oleh
lapangan kerja baru. Sebenarnya, jika seseorang menciptakan lapangan kerja,
paling tidak untuk diri sendiri, akan berdampak baik untuk orang lain juga.
Contohnya, dari sebagian hasil yang diperoleh bisa digunakan untuk membantu
orang lain walaupun hanya sedikit.
JENIS PENGANGGURAN
Jenis
pengangguran digolongkan menjadi beberapa macam jika dilihat berdasarkan jam
kerja, penyebab terjadinya, dan kemauannya.
Berdasarkan
jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi tiga macam :
1. Pengangguran
terselubung yaitu tenaga kerja yang tidak bekerja dengan optimal karena suatu
alasan.
2. Pengangguran
setengah menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bekerja dengan optimal
karena lapangan kerja tidak ada.
3. Pengangguran
terbuka merupakan tenaga kerja yang benar- benar tidak memiliki pekerjaan.
Berdasarkan
penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi :
1. Pengangguran
friksional yaitu pengangguran karena menunggu pekerjaan yang lebih baik.
2. Pengangguran
struktural adalah pengangguran yang tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh pembuka lapangan kerja saat mencari pekerjaan.
3. Pengangguran
teknologi merupakan pengangguran karena perkembangan teknologi.
4. Pengangguran
musiman yaitu pengangguran akibat siklus ekonomi yang berfluktuasi saat
pergantian musim.
5. Pengangguran
keahlian adalah disebabkan karena lapangan kerja yang sesuai bidang keahlian
tidak ada.
Berdasarkan
kemauannya, pengangguran dibedakan menjadi dua yaitu pengangguran sukarela dan
pengangguran terpaksa dengan penjelasannya sebagai berikut:
1. Pengangguran
sukarela merupakan seseorang yang sebenarnya masih dapat bekerja, tetapi secara
sukarela tidak ingin bekerja atau mengundurkan diri dari pekerjaan yang
disebabkan karena fasilitas, iklim kerja yang tidak nyaman, atau gaji yang
diterima tidak sesuai.
2. Pengangguran
terpaksa adalah pengangguran yang terjadi bukan atas kehendak sendiri, karena
sebenarnya mereka masih ingin bekerja sehingga mereka terpaksa menerima
kondisi, misalnya pengangguran karena terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).
DAMPAK PENGANGGURAN
Pengangguran
menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat maupun pemerintah. Baik itu dari
bidang ekonomi, politik, moral, maupun mental.
1.
Bidang Ekonomi
Bagi
perekonomian negara, akibat yang ditimbulkan dari pengangguran adalah
pendapatan perkapita menurun, pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor
pajak semakin menurun, biaya sosial yang
dikeluarkan oleh pemerintah semakin meningkat, dan hutang negara semakin
bertambah.
2.
Bidang Keamanan
Sistem
pertahanan nasional akan terganggu sehingga berbahaya bagi kelangsungan hidup
negara. Semakin meluasnya pengangguran, maka akan semakin banyak pula
demonstrasi baik dari pekerja maupun dari organisasi serikat pekerja.Selain
itu, semakin banyak tindakan kriminal seperti mencuri, merampok, menipu,
membunuh, dan sebagainya. Perilaku ini tentu semata- mata untuk memperoleh
kekayaan guna mencukupi kebutuhan hidup.
3.
Bidang Moral
Banyaknya
pengangguran semakin menimbulkan dorongan untuk berperilaku yang melanggar
moral, misalnya tindakan asusila.
4.
Dampak Mental
Karena
menganggur, seseorang akan kehilangan rasa percaya diri, merasa rendah diri,
hilangnya harga diri, bahkan bisa mengalami depresi. Keterampilan yang dimiliki
seseorang akan menghilang, karena tidak digunakan untuk bekerja.
DASAR PEMIKIRAN
Pemerintah
telah melakukan berbagai usaha pembangunan dalam mewujudkan masyarakat yang
sejahtera , adil, dan makmur baik spiritual maupun material. Namun, peningkatan
kesejahteraan hidup tersebut belum dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
Hal
itu tercermin pada Tahun 2010 diperkirakan lebih dari 80. 000. 000 penduduk di
Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan. Ini merupakan tugas kita
bersama untuk mengurangi pengangguran dan mengentaskan mereka dari kemiskinan.
Pada umumnya, kemiskinan tersebut ditandai dengan seseorang yang sudah memasuki
usia kerja namun tidak bekerja karena sulitnya memperoleh pekerjaan. Selain
itu, kemiskinan juga disebabkan terlalu besar beban yang ditanggung dalam
sebuah keluarga. Itu semua tidak terlepas dari rendahnya kualitas sumber daya
manusia.
Jika
diamati, jumlah pengangguran dari tahun ke tahun selalu meningkat. Ini karena
mereka masih termasuk kelompok usia yang konsumtif dan belum produktif.
Tentunya akan menghambat pertumbuhan karena pertambahan pendapatan sebagian
besar akan habis dikonsumsi oleh pengangguran. Apabila hal ini dibiarkan terus
menerus, jumlah pengangguran bertambah banyak dan pada suatu saat akan menjadi
boomerang dalam pembangunan ekonomi.
Salah
satu cara yang paling signifikan dalam mengatasi pengangguran adalah dengan
wirausaha. Banyak hal yang bisa dilakukan di lingkungan sekitar kita, misalnya
membuka usaha di bidang jasa, dagang, usaha industri, maupun mengolah kembali
barang yang sudah tidak terpakai. Dengan begitu, akan menciptakan lapangan
pekerjaan bagi diri sendiri maupun orang lain.
USAHA
Definisi
usaha bermacam- macam jika dilihat dari berbagai sudut pandang. Dalam kehidupan
sehari- hari, istilah usaha sudah tidak asing lagi di telinga. Untuk lebih
memahaminya, ada beberapa definisi usaha menurut para ahli, yaitu :
1. Harmaizar
: Usaha (perusahaan) adalah bentuk usaha mempunyai kegiatan terus menerus untuk
memperoleh keuntungan, baik individu maupun kelompok yang berbentuk badan
hukum, didirikan dan berkedudukan di suatu tempat.
2. Wasis
dan Sugeng Yuli Irianto : Usaha adalah upaya manusia dalam mecapai tujuan
tertentu.
3. Budi
Prasodjo : Usaha ( ilmu Fisika) yaitu hubungan antara perpindahan dan gaya.
4. Nana
Supriatna, Kosim, dan Mamat Ruhimat : Usaha merupakan kegiatan ekonomi untuk
mencapai suatu tujuan yang dilakukan oleh manusia.
Dalam
bidang ekonomi, usaha selalu berkaitan erat dengan peluang usaha. Peluang usaha
merupakan kesempatan yang bisa dimanfaatkan oleh wirausahawan agar bisa
mendapatkan keuntungan maksimal. Seseorang harus bekerja keras dan membutuhkan
pengorbanan untuk mendapatkan peluang usaha. Peluang usaha yang bisa
dilaksanakan dengan baik dan maksimal akan membawa keberhasilan dengan bantuan
teknologi, komunikasi, dan informasi yang tepat dan akurat.
Seseorang
harus bekerja jika ingin mempertahankan hidup. Bisa di instansi pemerintah,
swasta, atau wirausaha. Untuk bekerja di instansi pemerintah tentunya tidaklah
mudah. Demikian halnya dengan bekerja di swasta, karena sering membutuhkan
keterampilan khusus. Yang paling mudah yaitu sebagai wirausahawan.
MENJADI WIRAUSAHAWAN
Memang
bukan jaminan mudah untuk memperoleh pekerjaan meskipun sudah sekian tahun
bersusah- payah sekolah. Bisa dibayangkan banyaknya uang yang sudah terpakai
dari kita masuk sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Seharusnya dengan
pendidikan yang tinggi, akan memiliki hidup yang jauh lebih layak. Akan tetapi,
pekerjaan itu juga tidak mudah didapat. Mengapa kita tidak mengubah pola pikir
kita? Daripada mencari pekerjaan yang memang tidak ada, mengapa tidak menciptakan
lapangan kerja saja? Mengapa harus menjadi karyawan atau pegawai? Padahal
mungkin bisa menjadi wirausahawan. Kita bisa menciptakan lapangan pekerjaan
untuk diri sendiri, teman, keluarga, atau lingkungan terdekat. Semakin sukses
usaha kita tentu akan lebih banyak memperkerjakan orang lain. Dengan demikian,
kita bisa mengurangi pengangguran dengan menyediakan lapangan pekerjaan.
Memiliki
mental wirausahawan yang tangguh tentu tidak mudah karena harus dibangun dari
awal. Setiap orang yang ingin membangun usahanya setidaknya memiliki sikap
hemat, jujur, dan sederhana. Jika usaha itu dilakukan dengan serius, realistis,
dan hati- hati, ada keyakinan bahwa cepat atau lambat bisnis itu akan berhasil.
Lantas
jenis usaha apa? Memiliki dan membangun usaha sesuai dengan bidang dan hobi tentu
sangat menyenangkan. Jika Anda seorang lulusan perguruan tinggi, membuat usaha
seperti berdagang di pinggir jalan, membuka warteg atau kelontong bisa
dilakukan oleh pendidikan yang lebih rendah. Jadi ada keadilan dan pemerataan
dalam berusaha. Akan lebih menarik jika bisa menciptakan usaha yang lebih
spesifik, modern, dan berwawasan teknologi karena akan mengikuti perkembangan
jaman dan bisa bersaing di dunia global. Tetapi bukan berarti berdagang di
pinggir jalan bukan sesuatu yang tidak baik, namun alangkah baiknya jika mampu
melihat peluang dan berfikir sesuai dengan taraf pendidikan, kemampuan, dan
pengalaman.
Jika
Anda sarjana sastra, bisa membuat usaha penerbitan buku.Jika sarjana pertanian,
bisa membuat usaha perkebunan apel. Jika Anda dokter hewan, bisa membuat klinik
hewan dan memberikan jasa pelayanan kesehatan bagi peternakan- peternakan
hewan. Bukankah itu pekerjaan besar? Tidak hanya aspek ilmunya saja yang harus
dikuasai, tetapi aspek lain yang berhubungan dengan usaha kita. Misalnya
masalah keuangan, marketing, pajak, peraturan pemerintah, dan sebagainya. Jika
pada akhirnya nanti akan membutuhkan orang- orang yang kompeten di bidangnya
masing- masing, itu adalah sebuah kemajuan.
Memang
tidak mudah bagi wirausahawan. Menjadi wirausahawan berarti tidak pernah
memiliki waktu istirahat yang pasti. Sering kali mereka bekerja sampai malam
hari, bahkan pada hari libur. Daripada menjadi pengangguran, lebih baik membuat
usaha sendiri. Tentu saja itu tidak mudah seperti yang dibayangkan. Kuncinya
adalah, memiliki tekad bulat untuk menjadi wirausahawan.
MENILAI PELUANG USAHA
Peluang
usaha bisa muncul di mana saja dan kapan saja. Baik dari diri sendiri melalui
intuisi maupun hasil dari mencari ide yang dilakukan dengan sengaja. Bisa juga
melalui respon terhadap faktor dari luar diri misalnya ada tawaran, lokasi yang
strategis, permintaan pasar, bahan baku melimpah dan sebagainya.
Menurut
Suharno ( 2008 ) , fakta dan tips untuk membantu wirausahawan melihat peluang
usaha adalah:
1.Fakta
a. Pada
umumnya, semua jenis produk mempunyai peluang dalam menghasilkan keuntungan
atau bahkan kerugian. Masalahnya bukan pada produk, akan tetapi pada pasarnya.
Bisa saja seorang wirausahawan menjalankan bisnis yang terlihat bergengsi dan
eksklusif, padahal tidak laku.
b. Usaha
yang mengalami kebangkrutan sebagian besar bukan disebabkan oleh persaingan,
akan tetapi oleh ketidakmampuan dalam mengelola sumber daya manusia. Banyak
perusahaan yang dengan cepat tumbuh, kemudian bangkrut.
c. Banyak
yang menduga bisnis yang diawali dengan hobi akan mengalami kesuksesan dengan
pesat. Faktanya, bisnis memang membantu wirausahawan mengetahui seluk beluk
kegiatan yang berhubungan dengan hobi tersebut. Ketika hobi menjadi bisnis,
wirausahawan harus mencermati pola jual beli yang layak agar usahanya mengalami
keuntungan.
d. Menjual
produk dengan harga murah belum tentu laku. Banyak produk yang dijual dengan
harga lebih mahal justru lebih laku dari pesaingnya yang menjual dengan harga
murah. Masalahnya adalah ada pada nilai yang nantinya akan diterima oleh
pembeli. Bisa jadi, dengan harga yang semahal itu, pembeli merasa mendapatkan
sesuatu, misalnya dari kualitas produk, kualitas pelayanan, ataau bahkan
gengsi. Wirausahawan yang cermat memprediksi selera pasar, akan mempunyai
peluang keberhasilan yang lebih besar.
e. Banyak
orang mengira peluang maju akan lebih besar jika membuka usaha yang belum
dilakukan oleh orang lain. Faktanya, dengan membuka usaha yang belum dilakukan
orang lain, wirausahawan harus melakukan investasi uang dan waktu yang lebih
besar untuk membuat konsumen yakin bahwa produk yang ditawarkan bermanfaat bagi
konsumen.
2.Tips
a. Wirausahawan
perlu mencari sesuatu yang membuat konsumen senang, misalnya : makanan,
pendidikan, interior, fashion, dll. Tidak perlu memikirkan apakah kegiatan itu
menguntungkan atau tidak.
b. Wirausaha
bisa mulai memilih salah satu dari kegiatan yang pasarnya bagus, misalnya :
wirausaha yang senang dengan kuliner, bisa membuka catering, warung makan, dll.
c. Wirausaha
siap mencari informasi tentang pesaing di bidang usaha tersebut. Jadi wirausaha
mengetahui kualitas dan kuantitas pesaing agar bisa mengukur kemampuan dalam
membangun usaha.
Menurut
Supriyadi dan Widodo (2002) ada beberapa hal yang perlu diingat oleh wirausahawan
dalam melihat peluang usaha, antara lain pengalaman dan obyektifitas, kedekatan
pasar, pemahaman teknis, kebutuhan finansial dan diferensiasi produk dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Pengalaman
dan Obyektifitas
Dari sudut pandang
pemasaran dan bisnis, pengalaman akan membantu wirausahawan dalam menilai
peluang usaha. Misalnya pengalaman seseorang berdagang pakaian batik, akan
membantu dalam menilai peluang dalam membuka konfeksi batik. Selain itu,
obyektifitas dalam menilai peluang usaha juga dibutuhkan. Sehingga usaha yang
akan dijalankan sudah diawali dengan perhitungan yang matang.
2. Kedekatan
Pasar
Dalam wirausaha, salah
satu kesalahan yang bisa terjadi yaitu ada kecenderungan hanya faktor kemampuan
berproduksi saja yang diutamakan. Sedangkan kemampuan untuk memenuhi keinginan
konsumen kurang diperhatikan. Seharusnya, memproduksi untuk bisa dijual, bukan
sekedar memproduksi apa yang bisa dibuat.
3. Pemahaman
Teknis
Bagi produk baru,
kurangnya pemahaman teknis akan menghambat dan mengakibatkan tertundanya
pendirian usaha baru. Saat melihat peluang usaha, sebaiknya wirausahawan segera
mencari tahu persiapan teknis yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha tersebut
dengan sedetail mungkin.
4. Kebutuhan
Finansial
Biaya yang dibutuhkan
untuk sebuah produk baru perlu dihitung, termasuk biaya coba- coba. Misalnya
dalam pengadaan alat, pelatihan sumber daya manusia, dan lain- lain. Besarnya
kebutuhan ini akan membantu dalam menentukan harga, kapan, dan bagaimana break event point ( BEP ) bisa tercapai.
5. Diferensiasi
Produk
Dalam membedakan produk maupun jasa
yang akan dtawarkan dengan produk bersaing, peluang akan semakin besar jika
wirausahawan mampu menawarkan produk yang bernilai lebih atau berbeda dari yang
sudah ada.
Hal-
hal tersebut dilakukan agar wirausahawan
bisa menyikapi peluang dengan cerdas sehingga lebih mudah dalam mencapai
keberhasilan saat mengawali suatu usaha. Menilai peluang usaha sebaiknya
dilakukan dengan cepat karena peluang yang ada bisa saja diambil orang.
KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENGURANGI
PENGANGGURAN
Masalah
pengangguran adalah kasus yang mengakibatkan bertambah lambatnya pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Dimana penyebab utamanya adalah kurangnya lapangan kerja,
jenjang pendidikan yang dicapai masyarakat tergolong rendah, dan keterampilan
yang dikuasai oleh sumber daya manusia masih kurang.
Dari jumlah orang yang menganggur di
Indonesia, ternyata paling banyak adalah lulusan diploma dan sarjana. Hal ini
tentu sangat memprihatinkan, karena dengan pendidikan yang dimiliki seseorang,
sebenarnya dapat menjadi modal untuk pembangunan negara sekaligus bisa membantu
negara dengan menciptakan lapangan kerja bagi yang menganggur, bukannya
menambah angka pengangguran.
Pemerintah Indonesia menempatkan prioritas
pembangunan jangka pendek dalam kurun waktu 1- 2 tahun mendatang dengan
menekankan program- program untuk mengentas kemiskinan dan pengangguran yang
semakin tinggi selama krisis ekonomi antara lain dengan menciptakan lapangan
pekerjaan dan kesempatan kerja serta meningkatkan perlindungan tenaga kerja. (
Propenas, 2000: 21)
Oleh
sebab itu, menumbuhkan jiwa kewirausahaan kepada masyarakat bisa menjadi solusi
untuk mengurangi pengangguran, karena dengan melakukan kegiatan wirausaha dapat
menciptakan lapangan pekerjaan baik untuk diri sendiri maupun orang lain,
sehingga pada akhirnya diharapkan akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat
yang meningkat.
Banyak upaya yang pemerintah dan
masyarakat lakukan guna mendorong tumbuhnya kewirausahaan di Indonesia. Menurut
A. B. Susanto, Managing Partner The
Jakarta Consulting Group, kewirausahaan harus memiliki kemampuan,
pengalaman, semangat, kedisiplinan, serta kepemimpinan yang memadai, agar mampu
untuk mengubah sumber daya yang bernilai rendah menjadi sumber daya yang
bernilai lebih. Tujuannya adalah agar kesejahteraan suatu negara bisa tercapai.
Setidaknya
ada empat alasan mengapa kewirausahaan mempunyai keterkaitan dengan
kesejahteraan di suatu negara, yaitu :
1. Solusi
bagi diri sendiri
Mereka tidak perlu
menganggur sebab bisa menciptakan kerja bagi diri mereka sendiri.
2. Solusi
bagi orang lain
Dari pekerjaan yang
mereka ciptakan, akan membantu sekaligus memberikan pekerjaan bagi orang lain.
3. Solusi
bagi komunitas
Dari munculnya daya
kreatifitas, bisa merubah sumber daya menjadi produk yang dibutuhkan oleh
masyarakat luas.
4. Solusi
bagi negara
Dari hasil karya para enterpreneur,
negara mendapatkan pendapatan lewat pajak yang dibayarkan. Dimana hasil pajak
bisa berguna bagi pemerintah serta kelangsungan pembangunan negara.
PRINSIP TUMBUH KEMBANG
KEWIRAUSAHAAN
Prinsip
umum dalam penumbuhan, pengembangan dan penyebarluasan kewirausahaan menurut
Salim Siagian (1995 : 289) adalah sebagai berikut :
1. Semangat
sikap, perilaku dan kinerja seseorang pada dasarnya adalah hasil interaksi
dinamis dari unsur kemauan, kemampuan dan kesempatan.
2. Kewirausahaan
dapat dipelajari dan dikembangkan dari sesuatu yang diwariskan. Meskipun
biasanya dipengaruhi oleh faktor bakat atau keturunan, sebenarnya faktor yang
lebih dominan adalah pengaruh interaksi dari kemauan, kemampuan, dan
kesempatan.
3. Pada
individu, upaya dalam penumbuhan, pengembangan kewirausahaan dapat dilakukan
selama hidupnya. Namun karena kewirausahaan kaitannya dengan semangat, sikap,
dan perilaku, maka waktu yang tepat adalah sejak balita sampai usia 24 tahun.
4. Di
semua sektor ekonomi di daerah, akan muncul orang dengan bakat wirausaha akibat
faktor tantangan, sistem nilai, dan sosial budaya yang berlaku di masyarakat.
5. Dalam
kewirausahaan, sikap, semangat, dan perilaku merupakan kebutuhan tersier,
sehingga tidak semua orang memilikinya.
Dengan
mengembangkan kewirausahaan, pengangguran diharapkan berani untuk melakukan
suatu usaha sendiri sehingga bisa menciptakan lapangan kerja untuk dirinya
sendiri maupun untuk orang lain. Pihak swasta maupun pemerintah hendaknya
mendukung dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Usaha yang terpadu sangat
dibutuhkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan guna meningkatkan investasi
sehingga akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
Menurut
Sukidjo (2003 : 425), secara teori setiap laju pertumbuhan ekonomi sebesar satu
persen akan mampu menyerap 400.000 tenaga kerja. Jika setiap tahun terjadi
tambahan angkatan kerja baru 2,3 juta orang, maka untuk menyerapnya laju
pertumbuhan ekonomi harus diusahakan sebesar 6%.
Dalam
membangun kewirausahaan di Indonesia harus dilakukan melalui tiga hal, yaitu:
1. Masyarakat
harus mengubah anggapan bahwa menjadi pekerja atau PNS lebih terpandang
daripada menjadi wirausahawan sukses.
2. Lembaga
pendidikan harus mampu mempersiapkan bekal ilmu dan keterampilan dalam
berwirausaha, dan
3. Pemerintah
wajib memberikan dukungan berupa iklim usaha yang baik menyangkut perizinan,
permodalan, dan infrastruktur.
SIMPULAN DAN SARAN
Masalah
yang harus segera dihadapi oleh pemerintah adalah mengurangi tingginya angka
pengangguran guna meningkatkan kesejahteraan negara. Keterlambatan dalam
menangani masalah pengangguran akan menimbulkan dampak negatif dari berbagai bidang
yang kedepannya semakin kompleks.
Tenaga
wirausaha adalah salah satu unsur dalam mencapai cita- cita nasional, yaitu
mencapai masyarkat adil dan makmur. Tenaga- tenaga wirausaha inilah yang
nantinya sebagai pelopor pembangunan, menciptakan lapangan kerja bagi diri
sendiri dan orang lain, dan tentunya mengurangi pengangguran.
Dalam
mengembangkan kewirausahaan di Indonesia guna mengurangi pengangguran,
sebaiknya segenap elemen masyarakat, lembaga pendidikan maupun pemerintah bisa
melakukan hal- hal sebagai berikut:
1. Memperbaiki
sistem pendidikan kewirausahaan dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi
dan melalui kegiatan magang kewirausahaan dapat menjalin kerja sama dengan
dunia industri.
2. Menyediakan
infrastruktur yang tidak hanya transportasi dan komunikasi, melainkan juga
infrastruktur pendidikan baik formal maupun nonformal.
3. Menyediakan
informasi seluas-luasnya bagi wirausahawan pemula.
4. Membuka
informasi dalam sistem pendanaan terutama bagi UKM.
5. Menetapkan
bidang yang mudah dijalankan untuk wirausahawan baru (khususnya perdagangan dan
kerajinan) serta mendorong wirausahawan yang sukses di bidang industri
manufaktur.
Hal
tersebut perlu diterapkan secara berkesinambungan, sistematis dan
berkelanjutan. Sehingga di masa mendatang sebagian besar penduduk di Indonesia
diharapkan menjadi wirausahawan yang sukses.
Sukses
tidaknya menjadi wirausahawan didasarkan pada kemauan seseorang untuk
kewirausahaan atau memiliki semangat kewirausahaan atas kemauannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja,
Henry. 2010. Sukses Mencari Kerja Jawara
Membangun Usaha. Yogyakarta: Open Up.
Sudrajad.
2000. Kiat Mengentaskan Pengangguran
Melalui Wirausaha. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukidjo.
2005. Kajian Ilmu Ekonomi dan Bisnis : Peran
Kewirausahaan Dalam Mengatasi Pengangguran di Indonesia. Jurnal Economia Volume
I Nomor I. Yogyakarta : LPM UNY.
http://abdiwirausaha.blogspot.com/2013/12/peluang-usaha.
Diakses tanggal 18 Agustus 2015.
http://blog.stie-mce.ac.id/indrawati/2011/08/11/kewirausahaan-salah-satu-solusi-mengatasi-pengangguran-di-indonesia.
Diakses tanggal 23 Agustus 2015.
http://dilihatya.com/1741/pengertian-usaha-menurut-para-ahli.
Diakses tanggal 24 Agustus 2015.
http://id.wikipedia/pengangguran.
Diakses tanggal 10 Agustus 2015.
http://id.wikipedia/usaha.
Diakses tanggal 10 Agustus 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar